MENGAPA KEBAKTIAN RUMAH TANGGA HARUS
DILAKUKAN?
Sebuah Refleksi untuk menyambut Tahun Keluarga HKI 2016
Oleh:
Pdt. Jansen Simanjuntak, MTh, MM
Kadep
Marturia Kantor Pusat HKI
Di banyak rumah tangga Kristen,
kebaktian rumah tangga sudah sering dilakukan. Ada yang setiap malam
mengadakannya ada yang dua atau tiga kali seminggu, ada pula yang tidak
teratur. Namun, masih banyak pula yang belum membiasakan melakukan kegiatan
tersebut. Mungkin saja tidak tahu apa sebenarnya kebaktian rumah tangga itu?
Yang dimaksud dengan kebaktian rumah
tangga adalah kebaktian yang dilakukan secara rutin di rumah tangga, yang
diikuti seisi rumah dan dipimpin salah seorang anggota rumah tangga tersebut.
Yang disebut “rumah tangga” dapat berupa suatu keluarga yang terdiri dari orang
tua dan anak. Dapat pula sekelompok orang, seperti beberapa mahasiswa, yang
tinggal bersama disuatu rumah. Biasanya acara relatif singkat sebab berlangsung
sekitar 30 menit.
Kebaktian Rumah Tangga ?
Sedikitnya ada tiga alasan mengapa
kebaktian rumah tangga itu harus dilakukan setiap rumah tangga Kristen.
Pertama, sebab hal itu merupakan pelaksanaan perintah Tuhan. Kedua, karena
kegiatan itu merupakan kebutuhan, dan ketiga, karena kebaktian itu besar
manfaatnya:
1. Tuhan merindukan kita untuk selalu mengadakan
persekutuan untuk memuliakanNya. Kebaktian rumah tangga adalah salah satu
bentuk dari persekutuan itu.
2. Untuk memerintahkan para orang tua untuk
mendidik anak-anak mereka mengenai Hukum Allah (Ulangan 6:7). Melalui kebaktian
seperti itu diharapkan para orang tua dapat melaksanakan perintah itu.
3. Kita perlu mendengar firman Tuhan sebagai
“santapan” rohani kita sama seperti kita perlu makan nasi dan sejenisnya untuk
jasmani kita. Sama halnya, adalah baik sekali bila seisi rumah bersama-sama
mendengar Firman Tuhan sebagai makanan rohani di kebaktian rumah tangga.
4. Kita perlu berkomunikasi yang tetap dan
teratur dengan Tuhan. Kita perlu mengucap syukur atas hal yang kita terima;
kita menyampaikan keluhan atas masalah atau persoalan yang kita hadapi dan
memohon pertolongan untuk mengatasinya. Di samping itu, kita juga perlu
mendengar Tuhan berbicara kepada kita. Melalui berbagai acara pada kebaktian
rumah tangga, disitulah komunikasi berlangsung.
5. Dengan mengadakan kebaktian rumah tangga kita
terbiasa membaca Alkitab, menyanyikan lagu lagu rohani atau mendengar kesaksian
orang lain. Kita akan lebih dekat kepada Tuhan, lebih peka terhadap suara Tuhan,
lebih tau apa saja yang menjadi keinginanNya dan apa saja yang dibenciNya.
6. Kegiatan kebaktian rumah tangga mempererat
hubungan batin antara sesam anggota keluarga seperti antara suami dengan istri,
antara orang tua dengan anak serta antara sesama anak-anak atau sesama peserta.
Misalnya, ketika membahas pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari dan perikop
yang baru saja dibaca, pembicaraan dapat berkembang ke hal-hal lain. Bila sifat
komunikasinya waktu itu adalah timbal balik, di mana setiap yang hadir dapat
mengutarakan pandangan dan tidak seorang pun mendominasi pembicaraan atau
merasa paling tahu, acara akan menjadi bermanfaat. Dengan seringnya
berkomunikasi, hubungan batin akan tambah erat. Soalnya, tidak selalu ada
kesempatan di antara sesama anggota rumah tangga untuk saling berbicara.
Jadi sesungguhnya kebaktian rumah
tangga itu selain mempererat hubungan antara kita dengan Tuhan, juga
mendekatkan kita dengan sesama anggota rumah tangga kita atau sesama peserta
kebaktian.
Mengadakan Kebaktian?
Lalu apa saja yang dilakukan pada
kebaktian rumah tangga? Atau, apa saja acara di kebaktian tersebut? Dapat
bermacam-macam. Namun sedikitnya harus ada
pembacaan Alkitab dan doa. Selain kedua butir itu, dapat saja ada acara
bernyanyi satu atau lebih lagu rohani; menjelaskan atau mengupas perikop
Alkitab yang harus dibaca, berbagi pengalaman (sharing).
Perikop Alkitab yang dibaca dapat
dipilih sendiri atau menurut petunjuk dari Almanak yang berisi bacaan tiap hari
berdasarkan ayat Alkitab. Atau buku renungan harian yang banyak ragamnya yang
dapat ditemukan di Toko-toko buku Kristen atau di beberapa Gereja. Acara
kebaktian keluarga (pagi dan malam) sudah disediakan oleh Departemen Marturia
HKI dan berencana akan mencetak buku kumpulan renungan dalam tahun ini. Ada
juga buku renungan yang isinya adalah bacaan untuk periode satu bulan harganya
Rp.5000-Rp.10.000 seperti “Manna Sorgawi atau Renungan Bulanan”. Jadi sangat
murah.
Bila perikop yang akan dibaca
dipilih sendiri, ada beberapa cara yang digunakan. Ada keluarga yang memilih
membaca secara urut mulai dari buku pertama (Kitab Kejadian) sampai buku
terakhir (Kitab Wahyu), yang sering disebut pembacaan Alkitab secara Kanonis.
Ada yang tergantung dari topik yang telah disepakati bersama terlebih dahulu
misalnya, mengenai dosa asal atau mengenai kematian Jesus), ada pula yang
memilih secara acak (jadi Alkitab asal dibuka saja dan perikop yang tertangkap
oleh mata, itulah yang dipilih).
Kelebihan membaca perikop
berdasarkan buku renungan harian di bandingkan memilih sendiri, kita dapat
memperoleh penjelasan mengenai perikop dari buku renungan tersebut. Harus
diakui tidak semua orang mampu memberi penjelasan mengenai perikop yang baru
dibaca. Tentu saja pada runah tangga yang salah satu anggotanya mampu
menjelaskan isi perikop, tentulah lebih beruntung sebab tidak perlu tergantung
pada buku renungan harian.
Ada juga kebaktian rumah tangga yang
secara bersama mengulas perikop yang dibaca. Ada pula yang diberi kesempatan
kepada peserta untuk memberikan pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.
Kegiatan-kegiatan serupa itu bagus sekali sebab dapat saling menumbuhkan iman
sesama peserta sekaligus membiasakan diri untuk mengemukakan pendapat. Namun
saya anjurkan, marilah kita secara teratur membaca Firman Tuhan sesuai nats
harian yang sudah ditentukan di Almanak HKI.
Mengenai menyanyi lagu rohani, hal
itu tergantung dari setiap rumah tangga. Bila seisi rumah tangga senang
bernyanyi, dapat saja menyanyi beberapa lagu. Tetapi bila kurang senang
bernyanyi, boleh hanya satu lagu atau tidak ada sama sekali. Hanya saja, bila
kebaktian diawali dengan bernyanyi, perasaan peserta kebaktian akan terangkat
dan lebih siap ketika masuk ke dalam acara utama.
Soal kapan kegiatan itu dilakukan,
idealnya adalah setiap hari. Kalaupun tidak mungkin, sebaiknya dalam seminggu
dilakukan dua atau tiga kali. Lalu, bagusnya kegiatan itu dilakukan tetap pada
waktu yang sama. Misalnya, setiap sesudah makan malam. Atau, pagi-pagi sebelum
para anggota rumah tangga berangkat ke sekolah atau bekerja. Yang penting
adalah waktu dimana sebanyak mungkin anggota rumah tangga ada dirumah dan dapat
mengikuti kebaktian, bila kegiatan itu dilakukan selalu pada waktu yang tepat,
seisi rumah akan membiasakan diri menyisihkan waktu itu untuk kebaktian dan
tidak akan menggunakannya untuk keperluan lain.
Perlu diperhatikan
Ada yang perlu diperhatikan bila mengadakan
kegiatan rumah tangga:
1. Bila selama ini kita tidak mengadakan
kebaktian rumah tangga di rumah dan ingin memulainya, mungkin timbul rasa
enggan karena takut diherani orang, kok, tiba-tiba mengadakan kebaktian rumah
tangga? Rasa enggan ini sering menjadi penghalang bahkan mampu mematikan niat
untuk mulai mengadakan kebaktian. Untuk mengatasinya mungkin diperlukan bantuan
orang lain. Misalnya, bila parhalado pada setiap kesempatan menganjurkan warga
untuk mengadakan kebaktian rumah tangga, dapat kita katakana; “seperti yang
dianjurkan parhalado, ayo kita adakan kebaktian rumah tangga”. Begitu dimulai,
penghalang psikologis itu biasanya akan hilang.
2. Bila kita sudah mulai mengadakan kebaktian
rumah tangga, pastikanlah bahwa kegiatan itu tetap berlangsung. Kadang-kadang,
dapat terjadi ketika waktu untuk kebaktian telah tiba, ada penghalang yang
timbul. Misalnya, kedatangan tamu atau salah seorang anggota rumah tangga sibuk
dengan tugas atau pekerjaan atau harus pergi atau acara TV menarik dan
sebagainya. Bila ada tamu, ajaklah mereka untuk ikut. Kalau acara yang
ditampilkan di Televisi menarik, kuatkan hati untuk mematikan pesawat TV. Kalau
ada yang sangat sibuk, ingatkan dia dengan bijaksana bahwa bersekutu dengan
Tuhan adalah diatas segala-galanya, mumpung Tuhan masih bersedia. Bila ada
anggota yang tidak mengikuti dan harus pergi, tetap laksanakan kebaktian itu
dengan anggota yang ada.
3. Ada masa dimana kejadian kebosanan untuk
mengadakan kebaktian rumah tangga. Ada saja alasan yang rasanya sangat tepat
untuk tidak mengadakan kebaktian. Harap berhati-hati mengenai hal itu sebab
bila sempat berhenti, sering sukar untuk memulainya lagi. Rasa bosan timbul
bila kegiatan tersebut terasa sudah menjadi rutin. Perlu dihindarkan mengadakan
kebaktian bukan karena sudah tiba waktunya, tetapi karena di dorong oleh rasa
rindu. Membuat variasi dari acara kebaktian dapat mencegah kebosanan. Misalnya,
pembawa acara berganti-ganti setiap malam atau setiap minggu; buku nyanyiannya
diganti; alat music untuk mengiringi menyanyi diganti dan sebagainya (jika
memungkinkan)
Ingatlah bahwa bila kita sampai
berhenti mengadakan kebaktian, atau kegiatan apa saja yang bertujuan mendekatkan
diri kepada Tuhan, itu adalah hasil usaha keras iblis. Dia berusaha sekali
untuk menarik orang yang ingin dekat kepada Tuhan, sebab setiap satu jiwa yang
masuk dalam kelompok anak Tuhan berarti satu jiwa yang hilang dari kelompol
anak iblis. Sebab itu, berusahalah terus agar sekali kebaktian rumah tangga
kita mulai jangan sampai berhenti.
Akhirnya, diharapkan warga HKI akan
sependapat bahwa kebaktian rumah tangga itu perlu diadakan secara teratur di
rumah tangga masing-masing warga HKI. Mari sambut dan imani Tahun Keluarga HKI
2016, yang bertemakan: Hidup bersama keluarga Allah (Living together in the
household of God, Efesus 2:19-22), sehingga seluruh warga dan pelayan HKI
menjadi keluarga yang kuat iman. Terpujilah Tuhan, kekal dan untuk
selama-lamanya. Syalom, Tuhan Yesus memberkati!
--- xxx ---